Senin, 10 November 2014

laporan batik celup ikat



KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan kekuatan dan karunia-Nya sehingga akhirnya penulis mampu menyelesaikan tugas laporan prakarya “tentang Batik Celup Ikat” untuk melengkapi tugas mata pelajaran Prakarya.
Saya juga mengucapkan terimakasih kepada guru pembimbing yang telah memberikan arahan dalam tugas ini, dan kepada kedua orang tua yang telah memberi dukungan dan motivasinya.
            Penulis menyadari bahwa tulisan ini belum sempurna dan sangat diperlukan saran dari pembaca dan guru pembimbing untuk kesempurnaan hasil laporan ini.
            Akhirnya, penulis mengharapkan semoga tulisan ini dapat memberikan manfaat, baik bagi penulis sendiri maupun bagi pembaca. Amin.
Solok, 28 september 2014

Penulis

                                                                                                                   “Fazrul Abshar”




DAFTAR ISI
Bab I Pendahuluan
A.    Latar Belakang. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
B.     Tujuan. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

Bab II Pembahasan
A.    Pengertian Batik. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
B.     Macam-macam Batik. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
C.     Alat dan Bahan. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
D.    Proses Kerja. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
E.     Bentuk Batik Celup Ikat. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
Bab III Penutup
A.    Simpulan. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
B.     Saran. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .





BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Batik dapat berkembang pesat di Indonesia bahkan mulai dikenal di luar negeri, Proses pembuatan batik memang mempunyai ciri tertentu karena keindahannya dan ketelitiannya serta keunikannya, sehingga banyak dikagumi orang-orang asing.
Pada mulanya kain batik hanya dibuat dari bahan kain mori, namun pada masa sekarang berbagai jenis kain seperti berkolin, santung, belacu, bahkan sutera pun dapat dibuat batik.
Batik Jumputan (batik celup ikat) adalah batik yang dikerjakan dengan cara ikat celup, di ikat dengan tali di celup dangan warna. Batik ini tidak menggunakan malam tetapi kainnya diikat atau dijahit dan dikerut dengan menggunakan tali. Tali berfungsi sama halnya dengan malam yakni untuk menutup bagian yang tidak terkena warna.
Kata jumputan berasal dari bahasa jawa. Menjumput berarti memungut atau mengambil  dengan semua ujung jari tangan. cara pembuatan kain batik jumputan sangat sederhana dan mudah dilakukan karena tidak menggunakan lilin dan canting. Sesuai dengan namanya, batik jumputan dibuat dengan cara menjumput kain yang di isi biji-bijian sesuai dengan motif yang di kehendaki, selanjutkan mengikat, dan terakhir melakukan pencelupan kedalam pewarna. Meskipun dengan cara sederhana. hasil kain batik jumputan tidak kalah indah dengan jenis batik yang lain. Batik jumputan merupakan suatu karya seni yang mempunyai nilai budaya dan nilai ekonomi tinggi.
Menurut sejarah, teknik celup ikat berasal dari tiongkok, teknik ini kemudian berkembang sampai keindia dan wilayah-wilayah nusantara. Teknik celup ikat diperkenalkan ke nusantara oleh orang-orang india melalui misi perdagangan teknik ini mendapat perhatian besar terutama karena keindahan ragam hiasnya dalam rangkayan warna warni yang menaawan. Penggunaan teknik celup ikat ini antara lain di sumatra, khususnya palembang, di kalimantan selatan, jawa dan bali.


Dalam proses pewarnaan batik jumputan, jaman dahulu zat pewarna yang digunakan berasal dari alam. Namun dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi zat pewarna alami mulai di tinggalkan hal ini terjadi terutama karena pewarna sintesis memiliki jumlah warna yang hampir tak terbatas, disamping itu juga, proses pewarnaan alam juga lebih rumit pewarna sintesias. Meskipun demikian, keduanya memiliki keunggulan masing-masing.


B.     Tujuan
Penulisan makalah bertujuan untuk memberikan laporan tentang
a.       Cara pembuatan batik celup ikat (jumputan)
b.      Sejarah batik celup ikat (jumputan)
c.       Pengertian Batik
d.      Macam-macam Batik














BAB II
PEMBAHASAN
A.    Pengertian Batik
Membatik pada hakikatnya sama dengan melukis di atas kain dengan menggunakan canting sebagai alatnya dan cairan malam sebagai bahan untuk melukisnya. Seni batik adalah seni budaya yang kaya nilai-nilai kehidupan manusia dan lingkungan. Artinya dalam seni batik orang akan merasakan denyut nadi dari semangat bangsa Indonesia dari keyakinannya, pandangan hidupnya, dan tujuan masa depannya.
Pengertian batik adalah memberikan motif pada media dengan proses tutup celup. Berbagai macam motif batik yang diterapkan pada benda-benda menjadikan benda tersebut banyak digemari dan diminati oleh masyarakat, khususnya hasil batik pada kain.
Batik memiliki fungsi ganda, yaitu fungsi praktis, kain batik dapat dipergunakan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, seperti : pakaian, penutup tempat tidur, taplak meja, sarung bantal, dan sebagainya. Secara estetis (keindahan) batik juga bisa dijadikan sebagai hiasan yang menarik seperti: batik lukis yang bisa di bingkai dan bisa dijadikan perhiasan.
Di era globalisasi, batik bukan hanya dijadikan sebagai barang yang memiliki nilai magic dan hanya dimiliki oleh kalangan atas saja, tetapi batik bisa dijumpai di mana-mana dengan motif yang beragam, batik bukan hanya digemari oleh masyarakat Indonesia saja tetapi para Tourisme yang berkunjung ke Indonesia pun tertarik dengan batik. Oleh karena itu batik perlu dikembangkan dengan motif-motif yang beragam, untuk menambah kekayaan motif-motif batik.

B.     Macam-macam Batik
Batik ada 3 macam, yaitu:
A.     Batik Jumputan
       Batik yang dikerjakan dengan cara ikat celup, di ikat dengan tali di celup dangan warna. Batik ini tidak menggunakan malam tetapi kainnya diikat atau dijahit dan dikerut dengan menggunakan tali.
Ada dua teknik membuat batik jumputan, yang pertama teknik ikat, dan yang ke dua teknik jahitan.

B.     Batik Tulis
batik yang dikerjakan oleh tangan dengan menggunakan alat berupa canting tulis, dan

 C.  abatik yang dikerjakan dengan menggunakan alat yang disebut canting cap, canting cap di buat dari tembaga.

C.    Alat dan Bahan
1.Baju kaus putih                                                         2. Pewarna / wantex
  http://myseofighter.com/wp-content/uploads/2013/09/Kaos-Polos-1.jpg             https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgvlKWmPdOQpuloIQb780mpPR8wJozDATAKdrGEBKTCvPi9_F0Z4u8vU67StLe80YI5d-mzDp8MJhgs2WMbfZYmgMVGF4eztms8Xk2H1f7ZMBMfRs5s4SGR03K-31sT0_hLi3ge1UlzCA/s320/wantexbnyk.jpg                             
3. Garam Dapur                                                 4.Botol plastik
  http://www.scs-labs.com/images/garam%20kasar%20w.jpg             http://202.67.224.130/pdimage/66/3721166_1301096698_181021639_1-gambar--botol-plastik.jpg                                  
5. Karet                                                                  6. Pengaduk
                      
7. Air yang sudah dipaskan                                    8. Sarung Tangan

                         


D.    Proses Kerja

1.     Siapkan semua bahan.
2.     Gambar baju kaus dengan pensil membentuk setengah hati.
3.     Setelah selesai digambar, satukan garis yang membentuk hati tadi.
4.     Setelah selesai ikat dengan karet.
5.     Lalu masukan garam secukupnya kedalam botol dan campurkan dengan wantex.
6.     Sementara itu panaskan air dengan panci diatas kompor.
7.     Setelah air mendidih, campurkan dengan garam dan wantex yang telah tercampur di dalam botol tadi.
8.     Lalu ambil baju yang sudah diikat tadi dan tuangkan cairan wantex sesuai dengan keinginan.

9.     Setelah selesai dilumuri dengan wantex buka ikatan pada baju tadi. Lalu jemur hingga kering di bawah sinar matahari.

10.                        Setelah kering gosok lah baju tersebut, lalu baju bisa di pakai.




E.   Bentuk Batik Celup Ikat
Hasil baju batik ikat




BAB III
PENUTUP

A.    Simpulan
       Batik Jumputan (batik celup ikat) adalah batik yang dikerjakan dengan cara ikat celup, di ikat dengan tali di celup dangan warna. Batik ini tidak menggunakan malam tetapi kainnya diikat atau dijahit dan dikerut dengan menggunakan tali. Tali berfungsi sama halnya dengan malam yakni untuk menutup bagian yang tidak terkena warna.
        Kata jumputan berasal dari bahasa jawa. Menjumput berarti memungut atau mengambil  dengan semua ujung jari tangan. cara pembuatan kain batik jumputan sangat sederhana dan mudah dilakukan karena tidak menggunakan lilin dan canting. Sesuai dengan namanya, batik jumputan dibuat dengan cara menjumput kain yang di isi biji-bijian sesuai dengan motif yang di kehendaki, selanjutkan mengikat, dan terakhir melakukan pencelupan kedalam pewarna. Meskipun dengan cara sederhana. hasil kain batik jumputan tidak kalah indah dengan jenis batik yang lain. Batik jumputan merupakan suatu karya seni yang mempunyai nilai budaya dan nilai ekonomi tinggi.

B.     Saran
        Indonesia yang kaya akan budaya, salah satunya batik. Patut bangga dan tetap melestarikan budaya ini. Jangan sampai negara lain mengambil budaya asli Indonesia ini. Seiring perkembangan zaman, kita harus menjaga budaya batik Indonesia ini. Ini berguna pula untuk generasi kita berikutnya.
         Karya batik yang terdiri dari berbagai macam, salah satunya batik jumputan, yaiut batik yang dikerjakan dengan cara celup dan di ikat dengan tali di celup dengan warna. Untuk itu marilah kita bersama-sama melestarikan budaya batik ini. Sejak kecil kita harus mempelajari dan mempraktekan cara membuat batik. Ini bertujuan agar besarnya kita nanti telah mahir membatik.








Perlawanan rakyat menentang Kolonialisme Barat



         SEJARAH INDONESIA






A.     Perlawanan  Rakyat  Menentang  Kolonialisme  Barat

     1.        Perlawanan Terhadap Portugis

a.      Perlawanan Demak
  Setelah berhasil menguasai Malaka, Portugis mendominasi perdagangan di wilayah 
  tersebut sehingga merugikan jaringan pedagang Islam di Indonesia. Untuk melawan
  dominasi tersebut maka Raden Patah mengirim pasukan untuk menyerang Portugis di
  bawah pimpinan putranya Adipati Unus pada tahun 1513. Penyerangan ini mengalami
  kegagalan  karena faktor jarak yang terlalu jauh dan juga kalah dalam persenjataan dan
  strategi perang. Ketika Portugis menguasai pelabuhan Sunda Kelapa, Demak melakukan  penyerangan kembali pada tahun 1527 di bawah pimpinan Fatahillah, Serangan ini
  berhasil dengan gemilang, sehingga Portugis harus menunggalkan Sunda Kelapa yang  namanya kemudian diganti menjadi Jayakarta.

b.      Perlawanan Ternate
Perlawanan Ternate didorong oleh tindakan bangsa Portugis yang sewenang-wenang
dan merugikan rakyat. Perlawanan Ternate dipimpin oleh Sultan Hairun, Portugis sempat kewalahan sehingga kemudian menggunakan siasat licik dengan mengajak Sultan Hairun berunding namun kemudian dibunuh. Peristiwa ini membuat marah rakyat Ternate yang kemudian mengadakan serangan terhadap Portugis di bawah pimpinan Sultan Baabullah putra Sultan Hairun. Portugis mengalami kekalahan dan terpaksa melarikan diri menyingkir ke Timor Leste.

c.       Perlawanan Aceh
Untuk melawan dominasi Portugis di Malaka, Kesultanan Aceh meminta bantuan dari Turki dan India. Dengan  bantuan dari Turki maupun kerajaan-kerajaan lainnya, Aceh mengadakan penyerangan terhadap Portugis di Malaka pada tahun 1568 di bawah pimpinan Sultan Alaudin Riayat Syah,  namun penyerangan tersebut mengalami kegagalan. Penyerangan terhadap Portugis dilakukan kembali pada masa Sultan Iskandar Muda memerintah. Pada tahun 1629, Aceh menggempur Portugis di Malaka dengan sejumlah kapal yang melibatkan 19.000 prajurit. Pertempuran sengit tak terelakkan yang kemudian berakhir dengan kekalahan di pihak Aceh.



2.     Perlawanan Terhadap VOC
a.         Perlawanan Mataram
Pada masa kekuasaan Sultan Agung Hanyokro Kusumo, Mataram dua kali menyerang kedudukan VOC di Batavia. Serangan pertama dilakukan pada tahun 1628. Pasukan
Mataram  dipimpin Tumenggung Baurekso tiba di Batavia tanggal 22 Agustus 1628,
               kemudian disusul pasukan Tumenggung Sura Agul-Agul, yang dibantu dua bersaudara
              Dipati Mandurorejo dan Upasanta. Serangan pertama mengalami kegagalan yang
              disebabkan beberapa faktor yaitu : kurangnya perbekalan, kalah dalam persenjataan
              dan kurang teliti dalam memperhitungkan medan pertempuran.
              Serangan kedua, pasukan Mataram dipimpin  Adipati Juminah, K.A. Puger, dan
              K.A. Purbaya. Serangan dimulai tanggal 1 Agustus dan berakhir 1 Oktober 1629.
Serangan kedua inipun gagal,karena lumbung padi persediaan makanan banyak yang dibakar oleh VOC. ( Sumber : Soegiharsono, dkk. 2008 : 59 )
b.     Perlawanan Kesultanan Gowa ( Makassar )
Dalam lalu lintas perdagangan,Gowa menjadi bandar utama  jalur perdagangan antara
Malaka dan Maluku. Sebelum rempah-rempah dari Maluku dibawa sampai ke Malaka,
maka singgah dahulu di Gowa, begitu juga sebaliknya. Dengan posisi yang sangat strategis tersebut VOC tentu saja ingin menguasai Makasar. Menghadapi. perkembangan yang semakin genting itu, maka raja Gowa, Sultan Hasanuddin mempersiapkan pasukan dengan segala perlengkapan untuk menghadapi VOC. Sementara itu VOC menjalin hubungan dengan raja Bone yang bernama Aru Palaka.
Meletuslah perang antara VOC dengan Gowa pada 7 Juli 1667. Tentara VOC dipimpin Spelman yang dibantu oleh Aru Palaka menggempur Gowa. Karena kalah dalam
 persenjataan, Benteng pertahanan tentara Gowa di Barombang dapat diduduki oleh
pasukan Aru Palaka. Perang  diakhiri dengan ditandatanganinya perjanjian Bongaya yang isinya sebagai berikut :
a) Gowa harus mengakui hak monopoli VOC
b) Semua orang Barat, kecuali Belanda harus meninggalkan wilayah Gowa.
c) Gowa harus membayar biaya perang.
d) Di Makasar dibangun benteng-benteng VOC

c.         Perlawanan Banten
VOC ingin memperoleh monopoli atas perdagangan lada di Banten, namun ditentang oleh raja Banten Sultan Ageng Tirtayasa sehingga pecah pertempuran pada tahun 1656 yang diakhiri dengan perdamaian tahun 1659. Untuk mengalahkan Banten VOC menerapkan siasat adu domba dengan memanfaatkan konflik internal dalam tubuh kerajaan Banten. VOC membantu putra Sultan Ageng yang bernama Sultan Haji, sehingga karena kalah dalam persenjataan Sultan Ageng mengalami kekalahan dan akhirnya ditangkap. Perlawanan dilanjutkan oleh Ratu Bagus Boang dan Kyai Tapa.

3.        Perlawanan Terhadap Pemerintah Kolonial Hindia Belanda
 
Perhatikan !
Memasuki abad ke-19, berbagai perlawanan terhadap pemerintah Hindia Belanda terjadi hampir di sebagian besar wilayah Kepulauan Indonesia. Secara umum perlawanan pada abad ini dibedakan dalam dua bentuk, yaitu :

  1. Perlawanan bersenjata oleh kerajaan atau elite lokal.
  2. Perlawanan yang melibatkan rakyat biasa berupa gerakan sosial melawan keadaan atau peraturan yang tidak adil, gerakan ratu adil yang didasari ideologi mesianistis dan gerakan sekte keagamaan.

a.         Perlawanan Oleh Kerajaan atau Elite Lokal

1.      Perang Paderi ( 1803 – 1837 )
Diawali munculnya Gerakan Paderi yang bertujuan ingin memurnikan ajaran Islam di Minangkabau, Sumatera Barat yang mendapat perlawanan dari golongan adat.  Tokoh kaum Paderi antara lain : Tuanku Imam Bonjol, Tuanku Pasaman, Tuanku Nan Renceh dan Tuanku Nan Cerdik.

Secara garis besar dibagi dalam 3 periode perang :
1). Periode 1803 – 1821
      Tahap ini murni perang saudara antara Kaum Paderi dan Kaum Adat karena
      mempertahankan keyakinan masing-masing.Dalam perkembangannya kaum
      Adat  terdesak sehingga akhirnya meminta bantuan kepada Belanda.
2). Periode 1821 – 1832
              Kaum Paderi menghadapi dua musuh sekaligus yaitu kaum Adat dan Belanda,
      Dalam periode ini Belanda mengalami kesulitan karena kekuatannya sedang
       dipusatkan di Pulau Jawa untuk menumpas perlawanan Diponegoro, sehingga
       mereka menawarkan perdamaian yang ditandai terjadinya Perjanjian Masang.
      Setelah perlawanan Diponegoro berakhir, Belanda kembali ke Minangkabau
      dengan pasukan yang lebih kuat di bawah pimpinan Letkol Elout dan Mayor
      Michiels untuk menggempur kaum Paderi.
3).  Periode 1832 -1837
      Kaum Adat menyadari kesalahannya kemudian bersatu dengan kaum Paderi
       melawan Belanda. Namun karena persenjataan pasukan Belanda lebih lengkap
      dan kuat akhirnya satu persatu wilayah kaum Paderi dapat diduduki dan
      puncaknya Benteng Bonjol dapat direbut Belanda yang memaksa Tuanku
       Imam Bonjol dan pasukannya menyerah kemudian ditangkap dan diasingkan.

2.      Perlawanan Pattimura ( 1817 )
Perlawanan dilatarbelakangi berkuasanya kembali Belanda di Maluku setelah diserahkan oleh Inggris sesuai hasil Konvensi London. Belanda kembali memberlakukan sistem penyerahan wajib ( verplichte leverentie ) dan kerja paksa (rodi) yang menyebabkan kesengsaraan rakyat Maluku. Adapun tokoh perlawanan antara lain : Thomas Matulessi atau Pattimura, Anthony Rheebok, Lukas Latumahina, Christina Marta Tiahahu, dll.  Perlawanan meletus ditandai dengan penyerbuan Benteng Duurstede di Saparua pada tanggal 15 Mei 1817, yang berhasil membunuh residen Van den Berg beserta seluruh pasukannya. Belanda mengirimkan pasukan bantuan dari Ambon yang akhirnya berhasil menguasai kembali Benteng Duurstede dan mendesak pasukan Pattimura sehingga satu persatu pimpinan pasukannya tertangkap termasuk Pattimura sendiri yang akhirnya dihukum gantung.

3.      Perlawanan Diponegoro ( 1825 – 1830 )
1). Sebab-Sebab Umum :
·         Wilayah Mataram semakin sempit dan terpecah menjadi kerajaan kecil.
·         Belanda ikut campur tangan dalam urusan intern kesultanan, misalnya soal
                                    pergantian raja dan birokrasi kerajaan.
·         Timbulnya kekecewaan di kalangan para ulama, karena masuknya budaya barat yang tidak sesuai dengan ajaran Islam.
·         Hak para bangsawan dan pegawai kerajaan dikurangi.
·         Penderitaan rakyat akibat adanya kerja paksa dan dibebani berbagai pajak
2). Sebab Khusus :
·           Pemasangan patok oleh Belanda untuk pembangunan jalan yang melintasi tanah dan makam leluhur Pangeran Diponegoro di Tegalrejo tanpa ijin.

3). Jalannya Perang :
      Dalam perlawanan Pangeran Diponegoro dibantu oleh tokoh-tokoh seperti
       Kyai Mojo, Pangeran Mangkubumi, Sentot Alibasyah Prawirodirjo, Pangeran
      Dipokusumo, Nyi Ageng Serang dll. Diponegoro menerapkan taktik perang
      gerilya dan markas pasukannya juga berpindah-pindah dari satu tempat ke
      tempat lain, awalnya di Goa Selarong, kemudian pindah ke Plered, Dekso dan
      Pengasih sehingga menyulitkan Belanda untuk menumpasnya.            Berbagai
       siasat diterapkan Belanda seperti mendatangkan pasukan dari Belanda, siasat
       Benteng Stelsel yaitu membangun benteng di daerah yang telah dukuasai dan
      antar benteng dihubungkan oleh pasukan gerak cepat dengan tujuan
       mempersempit ruang gerak pasukan Diponegoro. Posisi pasukan Diponegoro
      semakin terjepit sehingga satu persatu para pembantunya menyerah.
      Akhirnya Belanda menerapkan tipu muslihat yaitu mengajak Pangeran
      Diponegoro berunding di Magelang,tapi kemudian ditangkap dan selanjutnya
 diasingkan ke Menado dan dipindah ke Makassar sampai wafat.
4.      Perlawanan Aceh ( 1873 – 1912 )
Penandatanganan Traktat Sumatra antara Inggris dan Belanda pada tahun 1871 membuka kesempatan kepada Belanda untuk mulai melakukan intervensi
ke Kerajaan Aceh. Belanda menyatakan perang terhadap Kerajaan Aceh karena Kerajaan Aceh menolak dengan keras untuk mengakui kedaulatan Belanda.
Ekspedisi pertama dikirim ke Aceh dan mendarat tanggal 5 April 1873 yang selanjutnya menyerang Masjid Raya namun dapat digagalkan pasukan Aceh. Tokoh perlawanan Aceh terdiri dari Tengku Cik Di Tiro, Teuku Umar, Panglima Polim, Cut Nyak Dien, Cut Mutia,dll.
Belanda mencoba menerapkan siasat konsentrasi stelsel yaitu sistem garis pemusatan di mana Belanda memusatkan pasukannya di benteng-benteng sekitar
kota termasuk Kutaraja. Belanda tidak melakukan serangan ke daerah-daerah tetapi cukup mempertahankan kota dan pos-pos sekitarnya. Namun, siasat ini  tidak berhasil mematahkan perlawanan rakyat Aceh.
 Selanjutnya Belanda mengirim seorang ahli tentang Islam yang bernama
Dr. Snouck Hurgronye untuk menyelidiki kehidupan sosial budaya rakyat Aceh dan hasilnya dituangkan dalam buku yang berjudul De Atjehers. Berdasarkan pendapat Dr. Snouck Hurgronye pemerintah Belanda memutuskan bahwa untuk menumpas perlawanan Aceh harus dengan siasat kekerasan.
               Pada tahun 1899, Belanda mulai menerapkan siasat kekerasan dengan mengadakan  Serangan besar-besaran ke daerah-daerah pedalaman. Serangan-serangan tersebut dipimpin oleh van Heutz. Tanpa mengenal perikemanusiaan, pasukan Belanda membinasakan semua penduduk daerah yang menjadi targetnya. Satu per satu  para pemimpin perlawanan rakyat Aceh menyerah dan terbunuh. Akhirnya Aceh terpaksa mengakui kekuasaan Belanda setelah menandatangani Plakat Pendek ( Korte Verklaring ).

b.        Gerakan Rakyat / Gerakan Sosial

Kebijakan yang diterapkan oleh pemerintah kolonial Belanda menciptakan kondisi yang memungkinkan rakyat melakukan pergolakan sosial. Karena dalam sistem tidak ada lembaga-lembaga untuk menyalurkan ketidakpuasan rakyat, maka jalan yang ditempuh adalah dengan mengadakan gerakan sosial sebagai protes sosial.
Adapun ciri-ciri umum gerakan sosial tersebut adalah :

1).  Tradisional arkais, artinya organisasi, program dan strategi yang digunakan
masih sederhana.
2).  Gerakannya mudah ditindas oleh kekuatan militer kolonial.
3).  Bersifat abortif, artinya gerakan tersebut umurnya sangat pendek.
4).  Merupakan pergolakan lokal atau regional tanpa koordinasi satu dengan lainnya
5).  Orientasi tujuannya masih kabur, karena tidak ada gambaran untuk mencapai tujuan tersebut. ( Sumber :  Sutarto, dkk. 2008 : 96 ).

Secara umum gerakan sosial ini menurut Sartono Kartodirjo dibagi menjadi tiga bentuk yaitu : ( Sumber : Depdiknas, 2005 : 35 ).

1).  Gerakan melawan kekerasan/peraturan yang tidak adil, misalnya :
       -  Kerusuhan di Ciomas, Jawa Barat tahun 1886.
       -  Kerusuhan di Condet, yang dipimpin Entong Gendut tahun 1916.
       -  Kerusuhan di Tangerang, yang dipimpin Kaiin, tahun 1924.
       -  Kerusuhan di Genuk,yang dipimpin oleh Sukaemi tahun 1935.
2).   Gerakan Ratu Adil
       Gerakan ini mempercayai akan datangnya seorang tokoh yang akan membebaskan mereka dari penderitaan, yang disebut sebagai Ratu Adil atau disebut juga Imam Mahdi. Tokoh –tokoh pemimpin gerakan ini biasanya mengaku menerima panggilan sebagai pemimpin agama, nabi atau juru selamat.
       Contoh gerakan Ratu Adil :
-          Gerakan di desa Gedangan, Sidoarjo, yang dipimpin Kasan Mukmin pada tahun 1903.
-          Gerakan di desa Bendungan, Kediri, yang dipimpin oleh Kyai Dermojoyo tahun 1906.
-          Gerakan di desa Bergas Kidul, Semarang oleh Dietz tahun 1918.

3).   Gerakan Sekte Kegamaan
       Gerakan keagamaan timbul sebagai protes terhadap kebobrokan moral akibat pengaruh budaya Barat yang dibawa oleh Belanda.
       Contoh gerakan keagamaan :
-          Gerakan Budiah di desa Kalisalak, Pekalongan yang dipimpin Haji Muhammad Rifangi tahun 1850.
-          Gerakan Keagamaan Jawa-Pasundan, di daerah Cirebon yang dipimpin oleh Sadewa atau dikenal sebagai Madrais.

B.      PERSEBARAN AGAMA KRISTEN DI INDONESIA

Kedatangan bangsa Eropa ke Indonesia selain untuk kepentingan perdagangan, mereka juga mengemban misi suci ( Gospel ) yaitu menyebarkan agama Nasrani.
Bangsa Spanyol dan Portugis yang menganut agama Katolik membawa serta para Misionaris yaitu tokoh penyebar agama Katolik, misalnya Fransiskus Xaverius yang menyebarkan agama Katolik di Maluku, Sulawesi Utara dan Nusa Tenggara Timur.
Kedatangan bangsa Belanda membawa agama Kristen Protestan melalui lembaga yang disebut Zending. Adapun tokoh-tokoh penyebar agama Kristen Protestan antara lain adalah : Dr. Nomensen di daerah Tapanuli, Sumatera Utara, Sebastian Danchaerts di daerah Ambon, Maluku, Heurnius di Saparua dan Jakarta.
Selain itu muncul pula tokoh-tokoh lokal sebagai penyebar agama Kristen, misalnya Kyai Tunggul Wulung di Mojowarno, Jawa Timur dan Kyai Sadrach di daerah Bagelen, Jawa Tengah. Tokoh-tokoh lokal ini mempertemukan budaya dan kepercayaan lokal dengan agama Nasrani, sehingga persebarannya bisa sampai di pelosok pedesaan.